PEMANFAATAN
PAKAN ALAM UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN
POTENSI
PETERNAKAN DOMBA DI KECAMATAN CIKALONG WETAN
KABUPATEN
BANDUNG BARAT
Oleh:
Pupud Saripudin. spupud@gmail.com
S1
Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
ABSTRAK
Penelitian
ini dilatarbelakangi oleh kondisi alam Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten
Bandung Barat yang sebagian besar dikelilingi oleh perkebunan besar yaitu
perkebunan teh dan karet milik PTPN VIII. Selain menghasilkan produk utama
perkebunan, perkebunan juga menghasilkan pakan alami yaitu rumput dan hijauan
yang bukan merupakan tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan untuk makanan
ternak domba yang banyak dibudidayakan. Kebutuhan masyarakat akan daging yang besar
terutama pada hari –hari besar keagaamaan dan kecenderungan pemerintah yang
mengimport daging untuk memenuhi kebutuhan nasional menjadi pasar potensial
bagi peternakan domba untuk meningkatkan produksi dan pemasaran nya. Untuk
memperoleh informasi, data dan permasalahan yang ada digunakan metode
penelitian deskriftif, data diperoleh dari literatur perpustakaan dan survey
lapangan. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui potensi ketersediaan pakan
alam untuk mendukung peningkatan produksi peternakan domba. Dari hasil
penelitian diperoleh gambaran bahwa ketersediaan pakan alam berupa rumput dan
hiajauan sangat melimpah dan tidak sebanding dengan pemanfaatan nya yaitu masih
rendahnya jumlah peternak domba dan
populasi ternak domba. Dapat disimpulkan bahwa potensi peternakan domba masih
dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan pakan alam yang melimpah secara maksimal
sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat terutama para
peternak itu sendiri. Penerapan teknologi dan pelatihan-pelatihan akan menambah
pengetahuan peternak sehingga akan tergali potensi ekonomi lokal sektor
peternakan domba.
Kata
kunci: Pakan Alam, Ternak Domba, Peluang Pasar, Kebutuhan Daging
PENDAHULUAN
Peningkatan
ekonomi berbasis kerakyatan dapat dicirikan dari pelibatan masyarakat dalam
mengelola sumber daya yang tersedia. Sumber daya tersebut dapat berupa kondisi
alam suatu daerah yang menyediakan berbagai potensi ekonomi yang dapat diolah
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Apabila potensi ekonomi disuatu
daerah dapat dikembangkan maka akan mendukung kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satu potensi ekonomi di Kecamatan Cikalong
Wetan adalah sektor peternakan terutama peternakan domba/kambing. Sektor ini
didukung oleh ketersediaan sumber daya alam yang menyediakan pakan alam secara
cuma- cuma dengan jumlah yang melimpah. Selain itu kebutuhan pasar akan daging
yang belum terpenuhi secara mandiri masih sangat besar. Hal ini dibuktikan
dengan masih besar nya import ternak terutama sapi dari luar negeri. Sektor
peternakan juga dapat menyerap banyak tenaga kerja dan dapat melibatkan banyak
kelompok masyarakat sehingga dapat memperbaiki kondisi ekonomi di Kecamatan
Cikalong Wetan.
Ferguson
(1965) menjelaskan tujuan kebijakan ekonomi adalah:
- 1. Menciptakan full employment, dapat diartikan bahwa suatu kegiatan ekonomi dapat menyerap banyak tenaga kerja.
- 2. Adanya economic growth ( pertumbuhan ekonomi), selain menyediakan lapangan kerja baru kegiatan ekonomi juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
- 3. Terciptanya price stability (stabilitas harga) untuk menciptakan rasa aman atau tenteram dalam perasaan masyarakat, salah satu nya adalah ketersediaan hasil produksi yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama kebutuhan pokok seperti pangan dan sandang .
Apabila
merujuk pada tujuan kebijakan ekonomi yang dikemukakan oleh Ferguson di atas,
peningkattan atau pengembangan peternakan domba/kambing di Kecamatan Cikalong
Wetan dengan memanfaatkan keberadaan pakan alam ini sangatlah selaras dengan
program pemerintah. Meningkatnya jumlah peternak berarti bertambahnya tenaga
kerja yang terlibat yang akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan
masyarakat. Meningkatnya jumlah peternak berarti bertambahnya jumlah populasi
ternak atau meningkatnya produksi ternak. Peningkatan produksi ternak domba/kambing
ini akan memberi kontribusi pada pemenuhan kebutuhan daging dan lebih jauh lagi
akan dapat memberikan pengaruh pada penurunan import ternak sehingga harga
daging dapat stabil.
Ketersediaan
pakan alam yang berkelanjutan terutama di perkebunan PTPN VIII didukung oleh Perda Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun
2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029,
Pasal 35 Ayat 4 Huruf a yang berbunyi:
(4) Kawasan budidaya perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dengan luas kurang lebih 3.701 (tiga ribu tujuh ratus satu) hektar
terdiri atas:
a.
Pengembangan perkebunan teh Panglejar di Cikalong Wetan;
Secara
jelas tergambar mengapa potensi ketersediaan pakan alam berupa rumput akan
selalu ada sehingga potensi peternakan domba/kambing di Cikalong Wetan patut
dikembangkan. Keterbatasan pengetahuan peternak dalam hal cara-cara beternak
domba/kambing yang baik seperti pemilihan bibit atau indukan, penyediaan
kandang, penyediaan pakan serta kurang pahamnya mengenai potensi pasar menjadi
kendala yang selama ini dialami para peternak domba.
Penelitian
ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan “bagaimanakah” korelasi atau hubungan
antara ketersediaan pakan alam yang ada di sekitar perkebunan baik itu
perkebunan milik perusahaan atau perkebunan rakyat dengan peningkatan produksi
ternak domba/kambing di Cikalong Wetan.
METODE PENELITIAN
Penelitian
dilakukan di Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat. Metode
penelitian menggunakan Metode Deskriftif, untuk mendapatkan data dilakukan survey
lapangan berupa data primer dan survey literatur perpustakaan untuk mendapatkan
data sekunder. Metode deskriftif dimaksudkan untuk menggambarkan suatu keadaan (dalam
hal ini ketersediaan pakan alam dan peternak domba/kambing di Kecamatan
Cikalong Wetan) pada saat sekarang.
Menurut Mely G. Tan
(dalam Dr. Ulber Silalahi, MA., Metode Penelitian Sosial,2010). “Penelitian
yang bersifat deskriftif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu
individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu
antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin
sudah ada hipotesis-hipotesis, mungkin belum,tergantung dari sedikit-banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan” (p.28)
Data-data
sekunder dari literatur perpustakaan dan data primer dari hasil survey lapangan
kemudian dianalisis sehingga di dapat data hasil analisis berupa data
kuantitatif. Dari data kuantitatif ini dapat di deskrifsikan sebagai suatu
gambaran keadaan alam Cikalong Wetan yang menyediakan pakan alam dan jumlah
peternak domba di Cikalong Wetan serta potensi-potensi yang ada yang dapat
dimanfaatkan oleh para peternak domba.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Kecamatan
Cikalong Wetan mempunyai luas lahan 11.293 ha, sebagian besar berupa lahan
darat termasuk perkebunan teh yang mengelilingi nya.
Tabel
1 Struktur Penggunaan Lahan Menurut Desa di Kecamatan Cikalong Wetan
Desa
|
Luas Desa (ha)
|
Luas Lahan Sawah (ha)
|
Luas Lahan Bukan Sawah
(ha)
|
Luas Lahan Non
Pertanian (ha)
|
|
1
|
Kanangasari
|
994
|
49
|
455
|
490
|
2
|
Mandalasari
|
1.064
|
130
|
760
|
174
|
3
|
Mekarjaya
|
768
|
134
|
501
|
133
|
4
|
Cipada
|
1.073
|
114
|
759
|
200
|
5
|
Ganjarsari
|
1.375
|
168
|
1.095
|
112
|
6
|
Mandalamukti
|
693
|
114
|
468
|
111
|
7
|
Ciptagumati
|
304
|
56
|
122
|
126
|
8
|
Cikalong
|
554
|
84
|
302
|
168
|
9
|
Rende
|
978
|
206
|
521
|
251
|
10
|
Puteran
|
1.011
|
179
|
638
|
194
|
11
|
Tenjolaut
|
1.269
|
173
|
895
|
201
|
12
|
Cisomangbarat
|
951
|
56
|
757
|
138
|
13
|
Wangunjaya
|
257
|
168
|
29
|
60
|
Jumlah
|
11.293
|
1.631
|
7.302
|
2.360
|
Sumber:
BPS, Cikalong Wetan Dalam Angka 2015
Chart 1
Gambar
1 Perbandingan Struktur Penggunaan Lahan Di Kecamatan Cikalong Wetan
Dari
tabel dan gambar diatas luas lahan bukan sawah atau lahan daratan termasuk
didalam nya perkebunan memiliki lahan terluas yaitu 7.302 ha atau sekitar 65%
dari total luas lahan di Kecamatan Cikalong Wetan dan lahan sawah seluas 1.631
ha atau 14% dari total luas lahan di Kecamatan Cikalong Wetan. Lahan daratan
yang sangat luas ini berpeluang memberikan ketersediaan pakan alam berupa
rumput yang cukup besar. Lahan sawah juga masih menghasilkan pakan alam rumput
walaupun jumlah nya tidak sebanyak lahan daratan. Apabila digabungkan lahan
darat dengan lahan sawah maka akan tersedia lahan seluas 8.933 ha. Luas lahan
terbangun hanya 2.360 ha atau 21% dari total luas wilayah digunakan diantaranya
untuk pemukiman.
Untuk
mengetahui potensi ketersediaan pakan maka di hitung besaran pakan yang
dihasilkan dari lahan darat dan sawah.
Tabel
2 Rata- Rata Banyaknya Pakan Yang Dihasilkan per Hektar Lahan (Kg)
No.
|
Lokasi
Sampling
|
Jenis
Lahan
|
||
a)
Perkebunan PTPN VIII
|
b)
Perkebunan Rakyat
|
c)
Lahan Sawah
|
||
1
|
L1
|
375
|
250
|
75
|
2
|
L2
|
210
|
250
|
100
|
3
|
L3
|
290
|
175
|
50
|
Jumlah
|
875
|
675
|
225
|
|
Rata-
Rata
|
292
|
225
|
75
|
|
Rata-rata
a+b (A)
|
258,5
|
Sumber: Data Primer 2016
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap hektar lahan darat (a+b) menghasilkan
rata-rata 258,5 kg rumput dan lahan sawah menghasilkan 75 kg rumput untuk
sekali masa pengambilan. Apabila dalam sebulan pengambilan rumput ini dapat
diulang 3 kali pengambilan, maka rumput yang dihasilkan adalah:
= ( (A) x 3 ) + ( c x 3 )
= ( 258,5 x 3 ) + ( 75 x 3 )
= 775,5 + 225 = 1.000,5
Jadi
dalam satu bulan akan dihasilkan 775,5 kg rumput di lahan darat seluas 1 ha dan
225 kg rumput di lahan sawah seluas 1 ha. Apabila dikalikan dengan luas lahan
darat dan luas lahan sawah maka:
Pakan
dari lahan darat X Luas lahan darat
Pakan
dari lahan sawah X Luas lahan sawah +
Total
pakan rumput yang dihasilkan
= 775,5
x 7.302
225
x 1.631 +
= 5.662.701
366.975
+
= 6.029.676
Jadi
dalam satu bulan dihasilkan pakan alam berupa rumput sebanyak 6.029.676 kg atau
200.989 kg per hari, jumlah yang cukup besar sebagai modal pengembangan
peternakan di Cikalong Wetan.
Untuk
mengetahui potensi peternakan di lihat dari ketersediaan pakan alam maka
dibutuhkan data peternakan di Cikalong Wetan.
Tabel
3 Perkiraan Jumlah Jenis Ternak Besar Dirinci Menurut Desa di Kecamatan
Cikalong Wetan Dalam Satuan Ekor
No.
|
Desa
|
Sapi
(ekor)
|
Kerbau
(ekor)
|
Kuda
(ekor)
|
Kambing
(ekor)
|
Domba
(ekor)
|
1
|
Kanangasari
|
4
|
6
|
0
|
92
|
2.800
|
2
|
Mandalasari
|
0
|
11
|
0
|
142
|
2.851
|
3
|
Mekarjaya
|
0
|
11
|
0
|
42
|
789
|
4
|
Cipada
|
15
|
7
|
0
|
15
|
2.300
|
5
|
Ganjarsari
|
7
|
27
|
7
|
25
|
4.800
|
6
|
Mandalamukti
|
1
|
12
|
0
|
476
|
700
|
7
|
Ciptagumati
|
0
|
9
|
0
|
2
|
221
|
8
|
Cikalong
|
0
|
19
|
0
|
760
|
2.158
|
9
|
Rende
|
0
|
25
|
0
|
25
|
470
|
10
|
Puteran
|
2
|
25
|
0
|
125
|
1.572
|
11
|
Tenjolaut
|
5
|
25
|
0
|
172
|
1.630
|
12
|
Cisomang Barat
|
34
|
14
|
8
|
0
|
577
|
13
|
Wangunjaya
|
30
|
30
|
10
|
24
|
1.480
|
Jumlah
|
98
|
221
|
25
|
1.900
|
22.348
|
|
Jumlah
SubTotal
|
344
|
24.248
|
||||
Jumlah
Total
|
24.592
|
Sumber: BPS,
Cikalongwetan Dalam Angka 2015
Chart 2
Gambar
2 Grafik Jumlah Ternak Besar Menurut Jenis di Kecamatan Cikalong Wetan
Rumput
dan daun daunan atau hijauan (daun nangka, daun africa, daun pisang dan daunan
lain) merupakan makanan atau pakan utama bagi domba/kambing. Seekor domba/kambing
dewasa memerlukan hijauan segar rata-rata 6 kg per hari yang diberikan 2 kali,
yaitu pagi dan sore. (Manajemen Pakan Ternak Kambing, komarjaya.blogspot.co.id).
Sementara
sapi dan ternak mamah biak besar lainnya memerlukan pakan hijauan yaitu rumput
sebanyak 35-47 kg/hari atau rata-rata 41 kg/hari. (Manajemen Pakan Pada Ternak
Sapi Potong, chalikchadit.blogspot.co.id).
Bila
berpedoman pada kedua sumber diatas maka dapat dihitung kebutuhan rata-rata
pakan hijauan atau rumput untuk jenis ternak domba/kambing dan ternak sapi
(termasuk kerbau dan kuda) dalam satu hari seperti berikut:
Kebutuhan
pakan rumput untuk domba/kambing (1):
Kebutuhan
pakan = Banyaknya domba dan kambing
X Kebutuhan rata-rata pakan harian
= 24.248 X 6
= 145.488 kg
Kebutuhan
pakan rumput untuk sapi dan hewan mamah biak besar (2):
Kebutuhan
pakan = Banyaknya ternak X Kebutuhan
rata-rata pakan harian
= 344 X 41
= 14.104 kg
Jumlah
total pakan yang dibutuhkan untuk jenis ternak (1) dan (2) adalah (3):
=
145.488 kg + 14.104 kg
= 159.592
kg/hari
Jumlah
produksi pakan alam rumput yang tersisa adalah:
Jumlah
total pakan yang dihasilkan – Jumlah total pakan yang dibutuhkan (3):
= 200.989 kg
- 159.592 kg
= 41.397 kg/hari
Jumlah
ini dapat menghidupi sekitar 6.899 ekor domba/kambing dalam sehari atau setara
dengan 3 kali jumlah populasi domba dan
kambing di Desa Cipada dengan populasi 2.315 ekor.
Dari
perhitungan diatas dapat dikatakan bahwa potensi pakan alam berupa rumput yang
dihasilkan dari perkebunan atau lahan di Kecamatan Cikalong Wetan masih sangat
banyak untuk dapat menyokong ketersediaan pakan dalam pengembangan peternakan
terutama ternak domba/kambing. Besaran pakan alam tersebut belum termasuk pakan
alam lain berupa daun-daunan, tanaman pagar dan rumput gajah dan sejenis nya
yang umum dibudidayakan.
Chart 3
Gambar
3 Persentase Konsumsi Pakan Alam Dibandingkan Dengan Potensi Ketersediaan Pakan
Alam yang Belum digunakan
Dari
gambar diatas dapat diartikan bahwa pakan alam berupa rumput yang dihasilkan
namun belum dimanfaatkan adalah 21% atau 41.397 kg/hari dari total 200.989 kg/hari.
Hal ini setara dengan potensi peningkatan populasi domba dan kambing yang masih
dapat di tingkatkan jumlahnya sebesar 21% atau sekitar 6.899 ekor.
Kebutuhan
daging di Jawa Barat pada tahun 2014 sebesar 163.975 ton sedangkan suplai atau
produksi hanya bisa terpenuhi 27.788 ton atau sekitar 16,95% (http://disnak.jabarprov.go.id
). Terdapat kekurangan 83,05%. Jadi peluang pasar untuk wilayah Jawa Barat saja
masih sangat besar.
Apabila
satu ekor sapi/kerbau dengan berat rata- rata 400 kg menghasilkan daging
(boneless) 170 kg, dan satu ekor domba/kambing dewasa dengan berat rata-rata 40
kg menghasilkan 14,7 kg
daging/boneless (Menghitung Karkas,http://mitraternaksit.blogspot.co.id),
maka produk daging yang dihasilkan di Cikalong Wetan:
Produk daging sapi = Jumlah populasi sapi/kerbau X rata-rata boneless
=
319 X 170
=
54.230 kg = 54,23 ton
Produk daging domba = Jumlah
populasi domba/kambing X rata-rata boneless
=
24.248 X 14,7
=
356.445,6 kg = 356,446 ton
Total produk daging = 54,23 + 356,446 = 410,68 ton
Jadi
produk daging di Cikalong Wetan sebesar 410,68 ton per tahun atau baru bisa
memenuhi kebutuhan daging di Jawa Barat sebesar 0,25% saja.
Chart 4
Gambar
4 Perbandingan Produk Daging Yang Dihasilkan Terhadap Peluang Pasar di Jawa
Barat
Dari
gambar di atas dapat terlihat bahwa kebutuhan daging di Jawa Barat masih besar
sekitar 82,8% belum terpenuhi sehingga menjadi peluang bagi para peternak di
Kecamatan Cikalong Wetan untuk mengembangkan peternakan terutama ternak domba
dan kambing yang telah banyak di lakukan oleh masyarakat dan dianggap cocok
dengan kondisi alam Cikalong Wetan.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal penting:
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal penting:
1. Kondisi
alam Kecamatan Cikalong Wetan sangat mendukung untuk peningkatan potensi
peternakan terutama ternak domba/kambing yang telah banyak dibudidayakan di
masyarakat.
2. Ketersediaan
pakan alam yang melimpah berupa rumput menjadi salah satu modal cuma-cuma untuk
pengembangan peternakan domba/kambing di Cikalong Wetan.
3. Dari
perkebunan yang ada di Cikalong Wetan dapat dihasilkan sekitar 200.989 kg
rumput segar per hari dan baru termanfaatkan sekitar 159.592 kg/hari atau 79% untuk memenuhi kebutuhan pakan
ternak di Cikalong Wetan dan sisanya sekitar 41.397 kg/hari atau 21% belum
termanfaatkan.
4. Populasi
ternak besar di Cikalong Wetan sebanyak 24.592 ekor dan peluang pengembangan
populasi domba/kambing sebesar 21% atau 6.899 ekor setara dengan besar nya
pakan alam rumput yang belum termanfaatkan sebesar 21%.
5. Kontribusi
Produksi daging dilihat dari jumlah populasi ternak besar di Kecamatan Cikalong
Wetan terhadap kebutuhan daging di Jawa Barat baru sebesar 0,25% atau 410,68
ton/tahun dari total kebutuhan 163.975 ton/tahun, daerah lain secara akumulatif
16,95% atau 27.788 ton /tahun. Sebesar 82,8% yang belum terpenuhi menjadi
peluang pasar bagi pengembangan peternakan domba/kambing di Kecamatan Cikalong
Wetan.
SARAN
Untuk
mewujudkan peningkatan potensi peternakan domba/kambing di Kecamatan Cikalong
Wetan ini penulis memberikan beberapa masukan/saran:
1. Pemerintah
Kecamatan Cikalong Wetan harus lebih peka dalam membaca peluang potensi ekonomi
berbasis ekonomi lokal seperti peternakan domba/kambing mengingat kondisi alam
yang mendukung.
2. Menjadikan
sektor peternakan domba/kambing sebagai salah satu sektor ekonomi unggulan
dengan membuat program pengembangan termasuk memberikan pelatihan dan
pendampingan kepada para peternak.
Dalam
penulisan Karya Ilmiah ini keterbatasan data menjadi kendala utama, ketersediaan
data yang lebih akurat akan menjadi sebuah referensi yang lebih baik dalam
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, Ulber. (2009). Metode penelitian sosial.
Bandung: Refika Aditama
Priyarsono
D.S, Sahara, dan Firdaus M. (2007). Ekonomi regional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suprapto,
Herry., & Abidin, Zaenal.,.(2006). Cara tepat penggemukan sapi potong. Jakarta:
Agro Media Pustaka
Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. (2015). Kecamatan cikalongwetan dalam
angka 2015. Bandung. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat
Peraturan
Daerah Kabupaten Bandung Barat No. 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029
Manajemen pakan ternak kambing. Diambil 2
April 2016 dari
Manajemen Pakan Pada Ternak Sapi Potong.
Diambil 6 April 2016 dari
Peran
Balai Pelatihan Peternakan Cikole Lembang Dalam Membangun Sumber Daya
Peternakan. Diambil 7 April 2016 dari
Menghitung
Karkas. Diambil 19 April 2016 dari
http://mitraternaksit.blogspot.co.id/2013/07/menghitung-karkas.html