Kamis, 21 Juli 2016

KARYA ILMIAH PWK

PEMANFAATAN PAKAN ALAM UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN
POTENSI PETERNAKAN DOMBA DI KECAMATAN CIKALONG WETAN
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Oleh: Pupud Saripudin. spupud@gmail.com
S1 Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi alam Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat yang sebagian besar dikelilingi oleh perkebunan besar yaitu perkebunan teh dan karet milik PTPN VIII. Selain menghasilkan produk utama perkebunan, perkebunan juga menghasilkan pakan alami yaitu rumput dan hijauan yang bukan merupakan tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak domba yang banyak dibudidayakan. Kebutuhan masyarakat akan daging yang besar terutama pada hari –hari besar keagaamaan dan kecenderungan pemerintah yang mengimport daging untuk memenuhi kebutuhan nasional menjadi pasar potensial bagi peternakan domba untuk meningkatkan produksi dan pemasaran nya. Untuk memperoleh informasi, data dan permasalahan yang ada digunakan metode penelitian deskriftif, data diperoleh dari literatur perpustakaan dan survey lapangan. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui potensi ketersediaan pakan alam untuk mendukung peningkatan produksi peternakan domba. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa ketersediaan pakan alam berupa rumput dan hiajauan sangat melimpah dan tidak sebanding dengan pemanfaatan nya yaitu masih rendahnya jumlah peternak domba  dan populasi ternak domba. Dapat disimpulkan bahwa potensi peternakan domba masih dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan pakan alam yang melimpah secara maksimal sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat terutama para peternak itu sendiri. Penerapan teknologi dan pelatihan-pelatihan akan menambah pengetahuan peternak sehingga akan tergali potensi ekonomi lokal sektor peternakan domba.

Kata kunci: Pakan Alam, Ternak Domba, Peluang Pasar, Kebutuhan Daging

                                                                                                                                                                                                                        

PENDAHULUAN
Peningkatan ekonomi berbasis kerakyatan dapat dicirikan dari pelibatan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang tersedia. Sumber daya tersebut dapat berupa kondisi alam suatu daerah yang menyediakan berbagai potensi ekonomi yang dapat diolah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Apabila potensi ekonomi disuatu daerah dapat dikembangkan maka akan mendukung kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satu potensi ekonomi di Kecamatan Cikalong Wetan adalah sektor peternakan terutama peternakan domba/kambing. Sektor ini didukung oleh ketersediaan sumber daya alam yang menyediakan pakan alam secara cuma- cuma dengan jumlah yang melimpah. Selain itu kebutuhan pasar akan daging yang belum terpenuhi secara mandiri masih sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan masih besar nya import ternak terutama sapi dari luar negeri. Sektor peternakan juga dapat menyerap banyak tenaga kerja dan dapat melibatkan banyak kelompok masyarakat sehingga dapat memperbaiki kondisi ekonomi di Kecamatan Cikalong Wetan.
Ferguson (1965) menjelaskan tujuan kebijakan ekonomi adalah:

  • 1.      Menciptakan full employment, dapat diartikan bahwa suatu kegiatan ekonomi dapat menyerap banyak tenaga kerja.
  • 2.      Adanya economic growth ( pertumbuhan ekonomi), selain menyediakan lapangan kerja baru kegiatan ekonomi juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
  • 3.      Terciptanya price stability (stabilitas harga) untuk menciptakan rasa aman atau tenteram dalam perasaan masyarakat, salah satu nya adalah ketersediaan hasil produksi yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama kebutuhan pokok seperti pangan dan sandang .
Apabila merujuk pada tujuan kebijakan ekonomi yang dikemukakan oleh Ferguson di atas, peningkattan atau pengembangan peternakan domba/kambing di Kecamatan Cikalong Wetan dengan memanfaatkan keberadaan pakan alam ini sangatlah selaras dengan program pemerintah. Meningkatnya jumlah peternak berarti bertambahnya tenaga kerja yang terlibat yang akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan masyarakat. Meningkatnya jumlah peternak berarti bertambahnya jumlah populasi ternak atau meningkatnya produksi ternak. Peningkatan produksi ternak domba/kambing ini akan memberi kontribusi pada pemenuhan kebutuhan daging dan lebih jauh lagi akan dapat memberikan pengaruh pada penurunan import ternak sehingga harga daging dapat stabil.
                                                                                                                                                                  

Ketersediaan pakan alam yang berkelanjutan terutama di perkebunan PTPN VIII didukung oleh Perda Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029, Pasal 35 Ayat 4 Huruf a yang berbunyi:

(4)   Kawasan budidaya perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas kurang lebih 3.701 (tiga ribu tujuh ratus satu) hektar terdiri atas:
a. Pengembangan perkebunan teh Panglejar di Cikalong Wetan;

Secara jelas tergambar mengapa potensi ketersediaan pakan alam berupa rumput akan selalu ada sehingga potensi peternakan domba/kambing di Cikalong Wetan patut dikembangkan. Keterbatasan pengetahuan peternak dalam hal cara-cara beternak domba/kambing yang baik seperti pemilihan bibit atau indukan, penyediaan kandang, penyediaan pakan serta kurang pahamnya mengenai potensi pasar menjadi kendala yang selama ini dialami para peternak domba.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan “bagaimanakah” korelasi atau hubungan antara ketersediaan pakan alam yang ada di sekitar perkebunan baik itu perkebunan milik perusahaan atau perkebunan rakyat dengan peningkatan produksi ternak domba/kambing di Cikalong Wetan.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat. Metode penelitian menggunakan Metode Deskriftif, untuk mendapatkan data dilakukan survey lapangan berupa data primer dan survey literatur perpustakaan untuk mendapatkan data sekunder. Metode deskriftif dimaksudkan untuk menggambarkan suatu keadaan (dalam hal ini ketersediaan pakan alam dan peternak domba/kambing di Kecamatan Cikalong Wetan) pada saat sekarang.

Menurut Mely G. Tan (dalam Dr. Ulber Silalahi, MA., Metode Penelitian Sosial,2010). “Penelitian yang bersifat deskriftif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin sudah ada hipotesis-hipotesis, mungkin belum,tergantung dari sedikit-banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan” (p.28)

                                                                                                                                                                   


Data-data sekunder dari literatur perpustakaan dan data primer dari hasil survey lapangan kemudian dianalisis sehingga di dapat data hasil analisis berupa data kuantitatif. Dari data kuantitatif ini dapat di deskrifsikan sebagai suatu gambaran keadaan alam Cikalong Wetan yang menyediakan pakan alam dan jumlah peternak domba di Cikalong Wetan serta potensi-potensi yang ada yang dapat dimanfaatkan oleh para peternak domba.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Kecamatan Cikalong Wetan mempunyai luas lahan 11.293 ha, sebagian besar berupa lahan darat termasuk perkebunan teh yang mengelilingi nya.

Tabel 1 Struktur Penggunaan Lahan Menurut Desa di Kecamatan Cikalong Wetan
Desa
Luas Desa (ha)
Luas Lahan Sawah (ha)
Luas Lahan Bukan Sawah (ha)
Luas Lahan Non Pertanian (ha)
1
Kanangasari
994
49
455
490
2
Mandalasari
1.064
130
760
174
3
Mekarjaya
768
134
501
133
4
Cipada
1.073
114
759
200
5
Ganjarsari
1.375
168
1.095
112
6
Mandalamukti
693
114
468
111
7
Ciptagumati
304
56
122
126
8
Cikalong
554
84
302
168
9
Rende
978
206
521
251
10
Puteran
1.011
179
638
194
11
Tenjolaut
1.269
173
895
201
12
Cisomangbarat
951
56
757
138
13
Wangunjaya
257
168
29
60
Jumlah
11.293
1.631
7.302
2.360
   Sumber: BPS, Cikalong Wetan Dalam Angka 2015
                                                                                                                                                                   

Chart 1

Gambar 1 Perbandingan Struktur Penggunaan Lahan Di Kecamatan Cikalong Wetan

Dari tabel dan gambar diatas luas lahan bukan sawah atau lahan daratan termasuk didalam nya perkebunan memiliki lahan terluas yaitu 7.302 ha atau sekitar 65% dari total luas lahan di Kecamatan Cikalong Wetan dan lahan sawah seluas 1.631 ha atau 14% dari total luas lahan di Kecamatan Cikalong Wetan. Lahan daratan yang sangat luas ini berpeluang memberikan ketersediaan pakan alam berupa rumput yang cukup besar. Lahan sawah juga masih menghasilkan pakan alam rumput walaupun jumlah nya tidak sebanyak lahan daratan. Apabila digabungkan lahan darat dengan lahan sawah maka akan tersedia lahan seluas 8.933 ha. Luas lahan terbangun hanya 2.360 ha atau 21% dari total luas wilayah digunakan diantaranya untuk pemukiman.
Untuk mengetahui potensi ketersediaan pakan maka di hitung besaran pakan yang dihasilkan dari lahan darat dan sawah.

Tabel 2 Rata- Rata Banyaknya Pakan Yang Dihasilkan per Hektar Lahan (Kg)
No.
Lokasi Sampling
Jenis Lahan
a) Perkebunan PTPN VIII
b) Perkebunan Rakyat
c) Lahan Sawah
1
L1
375
250
75
2
L2
210
250
100
3
L3
290
175
50
Jumlah
875
675
225
Rata- Rata
292
225
75
Rata-rata a+b (A)
258,5

         Sumber:  Data Primer 2016
                                                                                                                                                                  
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap hektar lahan darat (a+b) menghasilkan rata-rata 258,5 kg rumput dan lahan sawah menghasilkan 75 kg rumput untuk sekali masa pengambilan. Apabila dalam sebulan pengambilan rumput ini dapat diulang 3 kali pengambilan, maka rumput yang dihasilkan adalah:
=          ( (A) x 3 ) + ( c x 3 )
=          ( 258,5 x 3 ) + ( 75 x 3 )
=          775,5 + 225 = 1.000,5
Jadi dalam satu bulan akan dihasilkan 775,5 kg rumput di lahan darat seluas 1 ha dan 225 kg rumput di lahan sawah seluas 1 ha. Apabila dikalikan dengan luas lahan darat dan luas lahan sawah maka:
Pakan dari lahan darat X Luas lahan darat
Pakan dari lahan sawah X Luas lahan sawah  +
Total pakan rumput yang dihasilkan
=          775,5 x 7.302
225 x 1.631 +
=          5.662.701
   366.975 +
=          6.029.676
Jadi dalam satu bulan dihasilkan pakan alam berupa rumput sebanyak 6.029.676 kg atau 200.989 kg per hari, jumlah yang cukup besar sebagai modal pengembangan peternakan di Cikalong Wetan.
Untuk mengetahui potensi peternakan di lihat dari ketersediaan pakan alam maka dibutuhkan data peternakan di Cikalong Wetan.
                                                                                                                                                                   

Tabel 3 Perkiraan Jumlah Jenis Ternak Besar Dirinci Menurut Desa di Kecamatan Cikalong Wetan Dalam Satuan Ekor
No.
Desa
Sapi (ekor)
Kerbau (ekor)
Kuda (ekor)
Kambing (ekor)
Domba (ekor)
1
Kanangasari
4
6
0
92
2.800
2
Mandalasari
0
11
0
142
2.851
3
Mekarjaya
0
11
0
42
789
4
Cipada
15
7
0
15
2.300
5
Ganjarsari
7
27
7
25
4.800
6
Mandalamukti
1
12
0
476
700
7
Ciptagumati
0
9
0
2
221
8
Cikalong
0
19
0
760
2.158
9
Rende
0
25
0
25
470
10
Puteran
2
25
0
125
1.572
11
Tenjolaut
5
25
0
172
1.630
12
Cisomang Barat
34
14
8
0
577
13
Wangunjaya
30
30
10
24
1.480
Jumlah
98
221
25
1.900
22.348
Jumlah SubTotal
344
24.248
Jumlah Total
24.592
Sumber: BPS, Cikalongwetan Dalam Angka 2015

 Chart 2
Gambar 2 Grafik Jumlah Ternak Besar Menurut Jenis di Kecamatan Cikalong Wetan
                                                                                                                                                                  

Rumput dan daun daunan atau hijauan (daun nangka, daun africa, daun pisang dan daunan lain) merupakan makanan atau pakan utama bagi domba/kambing. Seekor domba/kambing dewasa memerlukan hijauan segar rata-rata 6 kg per hari yang diberikan 2 kali, yaitu pagi dan sore. (Manajemen Pakan Ternak Kambing, komarjaya.blogspot.co.id).
Sementara sapi dan ternak mamah biak besar lainnya memerlukan pakan hijauan yaitu rumput sebanyak 35-47 kg/hari atau rata-rata 41 kg/hari. (Manajemen Pakan Pada Ternak Sapi Potong, chalikchadit.blogspot.co.id).
Bila berpedoman pada kedua sumber diatas maka dapat dihitung kebutuhan rata-rata pakan hijauan atau rumput untuk jenis ternak domba/kambing dan ternak sapi (termasuk kerbau dan kuda) dalam satu hari seperti berikut:

Kebutuhan pakan rumput untuk domba/kambing (1):
Kebutuhan pakan        = Banyaknya domba dan kambing X Kebutuhan rata-rata pakan harian
                                    = 24.248 X 6
                                    = 145.488 kg
Kebutuhan pakan rumput untuk sapi dan hewan mamah biak besar (2):
Kebutuhan pakan        = Banyaknya ternak X Kebutuhan rata-rata pakan harian
                                    = 344 X 41
                                    = 14.104 kg
Jumlah total pakan yang dibutuhkan untuk jenis ternak (1) dan (2) adalah (3):
                                    = 145.488 kg + 14.104 kg
                                    = 159.592 kg/hari
Jumlah produksi pakan alam rumput yang tersisa adalah:
Jumlah total pakan yang dihasilkan – Jumlah total pakan yang dibutuhkan (3):
                                    = 200.989 kg - 159.592 kg
                                    =  41.397 kg/hari
                                                                                                                                                                  

Jumlah ini dapat menghidupi sekitar 6.899 ekor domba/kambing dalam sehari atau setara dengan  3 kali jumlah populasi domba dan kambing di Desa Cipada dengan populasi 2.315 ekor.
Dari perhitungan diatas dapat dikatakan bahwa potensi pakan alam berupa rumput yang dihasilkan dari perkebunan atau lahan di Kecamatan Cikalong Wetan masih sangat banyak untuk dapat menyokong ketersediaan pakan dalam pengembangan peternakan terutama ternak domba/kambing. Besaran pakan alam tersebut belum termasuk pakan alam lain berupa daun-daunan, tanaman pagar dan rumput gajah dan sejenis nya yang umum dibudidayakan.

Chart 3
Gambar 3 Persentase Konsumsi Pakan Alam Dibandingkan Dengan Potensi Ketersediaan Pakan Alam yang Belum digunakan

Dari gambar diatas dapat diartikan bahwa pakan alam berupa rumput yang dihasilkan namun belum dimanfaatkan adalah 21% atau 41.397 kg/hari dari total 200.989 kg/hari. Hal ini setara dengan potensi peningkatan populasi domba dan kambing yang masih dapat di tingkatkan jumlahnya sebesar 21% atau sekitar 6.899 ekor.
Kebutuhan daging di Jawa Barat pada tahun 2014 sebesar 163.975 ton sedangkan suplai atau produksi hanya bisa terpenuhi 27.788 ton atau sekitar 16,95% (http://disnak.jabarprov.go.id ). Terdapat kekurangan 83,05%. Jadi peluang pasar untuk wilayah Jawa Barat saja masih sangat besar.  
Apabila satu ekor sapi/kerbau dengan berat rata- rata 400 kg menghasilkan daging (boneless) 170 kg, dan satu ekor domba/kambing dewasa dengan berat rata-rata 40 kg menghasilkan 14,7 kg 
                                                                                                                                                                  

daging/boneless (Menghitung Karkas,http://mitraternaksit.blogspot.co.id), maka produk daging yang dihasilkan di Cikalong Wetan:

            Produk daging sapi     = Jumlah populasi sapi/kerbau X rata-rata boneless
                                                = 319 X 170
                                                = 54.230 kg = 54,23 ton
            Produk daging domba =  Jumlah populasi domba/kambing X rata-rata boneless
                                                = 24.248 X 14,7
                                                = 356.445,6 kg = 356,446 ton
            Total produk daging   = 54,23 + 356,446 = 410,68 ton

Jadi produk daging di Cikalong Wetan sebesar 410,68 ton per tahun atau baru bisa memenuhi kebutuhan daging di Jawa Barat sebesar 0,25% saja.

 Chart 4
Gambar 4 Perbandingan Produk Daging Yang Dihasilkan Terhadap Peluang Pasar di Jawa Barat

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa kebutuhan daging di Jawa Barat masih besar sekitar 82,8% belum terpenuhi sehingga menjadi peluang bagi para peternak di Kecamatan Cikalong Wetan untuk mengembangkan peternakan terutama ternak domba dan kambing yang telah banyak di lakukan oleh masyarakat dan dianggap cocok dengan kondisi alam Cikalong Wetan.

                                                                                                                                                                  

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal penting:
1.      Kondisi alam Kecamatan Cikalong Wetan sangat mendukung untuk peningkatan potensi peternakan terutama ternak domba/kambing yang telah banyak dibudidayakan di masyarakat.
2.      Ketersediaan pakan alam yang melimpah berupa rumput menjadi salah satu modal cuma-cuma untuk pengembangan peternakan domba/kambing di Cikalong Wetan.
3.      Dari perkebunan yang ada di Cikalong Wetan dapat dihasilkan sekitar 200.989 kg rumput segar per hari dan baru termanfaatkan sekitar 159.592 kg/hari  atau 79% untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak di Cikalong Wetan dan sisanya sekitar 41.397 kg/hari atau 21% belum termanfaatkan.
4.      Populasi ternak besar di Cikalong Wetan sebanyak 24.592 ekor dan peluang pengembangan populasi domba/kambing sebesar 21% atau 6.899 ekor setara dengan besar nya pakan alam rumput yang belum termanfaatkan sebesar 21%.
5.      Kontribusi Produksi daging dilihat dari jumlah populasi ternak besar di Kecamatan Cikalong Wetan terhadap kebutuhan daging di Jawa Barat baru sebesar 0,25% atau 410,68 ton/tahun dari total kebutuhan 163.975 ton/tahun, daerah lain secara akumulatif 16,95% atau 27.788 ton /tahun. Sebesar 82,8% yang belum terpenuhi menjadi peluang pasar bagi pengembangan peternakan domba/kambing di Kecamatan Cikalong Wetan.

SARAN
Untuk mewujudkan peningkatan potensi peternakan domba/kambing di Kecamatan Cikalong Wetan ini penulis memberikan beberapa masukan/saran:
1.      Pemerintah Kecamatan Cikalong Wetan harus lebih peka dalam membaca peluang potensi ekonomi berbasis ekonomi lokal seperti peternakan domba/kambing mengingat kondisi alam yang mendukung.
2.      Menjadikan sektor peternakan domba/kambing sebagai salah satu sektor ekonomi unggulan dengan membuat program pengembangan termasuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para peternak.
Dalam penulisan Karya Ilmiah ini keterbatasan data menjadi kendala utama, ketersediaan data yang lebih akurat akan menjadi sebuah referensi yang lebih baik dalam penelitian selanjutnya.

                                                                                                                                                                  

DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, Ulber. (2009). Metode penelitian sosial. Bandung: Refika Aditama
Priyarsono D.S, Sahara, dan Firdaus M. (2007). Ekonomi regional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suprapto, Herry., & Abidin, Zaenal.,.(2006). Cara tepat penggemukan sapi potong. Jakarta: Agro Media Pustaka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. (2015). Kecamatan cikalongwetan dalam angka 2015. Bandung. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat No. 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029
Manajemen pakan ternak kambing. Diambil 2 April 2016 dari
Manajemen Pakan Pada Ternak Sapi Potong. Diambil 6 April 2016 dari
Peran Balai Pelatihan Peternakan Cikole Lembang Dalam Membangun Sumber Daya Peternakan. Diambil 7 April 2016 dari
Menghitung Karkas. Diambil 19 April 2016 dari
            http://mitraternaksit.blogspot.co.id/2013/07/menghitung-karkas.html